“Mata yang Tertutup”
Wahai sang pemilik mata, tidak bisakah engkau
menggunakannya?
apakah dunia ini hanya untuk mu
bersenang-senang dan menghabiskan waktu dengan sia-sia? Sungguh lelucon ini tak
lucu. Aku kira dunia ini indah.
IYA!.
Indah, dari sudut pandang mata yang berkuasa,
namun di mata jalanan, Indahkah dunia
ini?. Pernahkah sekali engkau melirik ke arah mereka yang terus bertahan hidup
di dunia ini? Masihkah engkau mengatakan dunia ini begitu indah?
Setelah rupiah-rupiah itu kau selipkan
disaku gelap nan dalam itu?
Setelah lembaran-lembaran itu kau
jadikan tak berarti hanya untuk kepuasan sesaatmu?
Jika kau berpendapat menikmati masa
hidupmu sebelum mati. Itu hanyalah sebuah alasan. Alasan terkonyol sebagai
orang yang terdidik sepertimu.
Sadarlah, dunia ini begitu kejam bagi
mereka yang berada di bawahmu.
Yang bahkan sesuap nasi pun mereka
perjuangkan dari terbit fajar hingga semalam suntuk, yang rela mempertaruhkan
nyawa mereka, seluruh jiwa dan raga mereka, meniggalkan orang terkasih mereka,
hingga mengorbankan harga diri mereka sendiri.
Bisakah kau berbalik arah?!, kau tak
perlu menjadi terkenal, tak perlu harus menjadi orang yang pertama dimata dunia.
Kau hanya perlu menahan lelehan air dari mata mereka, mengulurkan tangan bagi
merka yang tak seberuntung dirimu.
Kau
hanya perlu menjadi orang yang’kan membuat mereka tersenyum. Yang ‘kan membuat
mereka mengerti bahwa dunia tak sekejam yang mereka pikirkan, bahwa di dunia
akan selalu ada orang yang berhati baik sepertimu, dan meyakinkan mereka, bahwa
dunia memiliki tempat yang layak bagi mereka.
Jika kau mampu mengerjakan hal apapun
sesuai dengan keinginanmu, maka apakah hal sesederhana ini tak mampu kau
lakukan? Hal yang mungkin sangat ssederhana bagimu, bisa menjadi hal yang
paling membahagiakan bagi mereka. Bukalah matamu, bukalah mata hati mu. Dunia
ini tak hanya di isi dengan orang-orang yang berderajat tinggi sepertimu. Dunia
ini juga milik mereka yang membutuhkan ruang untuk hidup, ruang untuk tak
menderita, ruang untuk merasa bahagia dan merasa beruntung telah hidup di
dunia.
Dian Nurpaisyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar