“Dalam
Hujan”
Dia
seperti hujan, ia datang tanpa terduga, dan ia pergi tanpa berucap, dan hanya
meninggalkan bekas yang dengannya aku tidak mampu menghapusnya, dan hanya
menunggu, dan membiarkannya kering.
Terkadang ia membuatku dingin, namun dengannya pula terkadang aku
mencari kehangatan. Saat itu, ia pergi dalam hujan tanpa mengucapkan sepata
katapun. Ia berlari menjauh, dan aku tak
lagi mampu melihatnya. Pula, tak pernah mampu untuk mengejarnya. Ia pergi begitu saja, dan hanya meninggalkan
bekas luka dan penyesalan untukku. Ia dingin, bahkan lebih dingin dari pada
hujan yang sebelumnya pernah terjadi. Ia membekukan seluruh hati yang pernah ia
sentuh. Ia menenggelamkan rasa yang dulu ada, hingga tak terlihat lagi. Namun
ia menumpahkan luka yang amat begitu banyak nan menyakitkan. Kuberucap, ingin
kugapai ia lagi. Tapi kini ia sangat berbeda, hingga aku hampir tak mampu untuk
mengenalinya. Ia berbeda. Semua terasa sepi, tetesan air hujan seolah menembus
kedalam sanubari. Memberi kesempatan agar hati itu pecah berkeping-keping.
Menghunjam kesegala arah. Membuat kepingan itu hancur, meluluhlantarkannya
hingga tak tersisa. Tak ada lagi yang terasa, kecuali diam dalam rasa sakit.
Kini hujan itu jua menepis pandanganku. Membuat kedua mata ini tertutup. Merasakan
kegelapan. Benar, aku tak lagi mampu melihatnya, tak lagi mampu merasakan
keberadaannya. Kini ia telah menghilang. Ia menghilang dalam beribu-ribu
tetesan hujan itu, dan meyisakan aku tanpa banyanganku. Tubuhku terdiam dalam
dekapan luka, menyisihkan sendu yang bersemayam disetiap lapisan dalam kalbu. Setiap
tetesan itu kian menusuk, memberi celah agar luka itu semakin perih. Membuatku
ingin menjerit, namun mulut ini selalu bungkam. Bibir ini tak mampu lagi
bicara. Kini, hanya tatapan mata sendu yang mampu menatap jauh kearah ia pergi.
Berharap ia akan datang dan kembali. Namun sejauh mata itu memandangi, tak ada
satupun yang terlihat. Saat ini memang hanya ada diriku yang terbujur kaku,
beratapkan langit pilu, beralaskan tanah yang ditopang duka dan diselimuti oleh
tetesan air yang begitu menikam. Saat ini aku benar-benar rapuh, detik-detik
ini begitu menyakitkan. kurasa kau memang telah jauh.. kini, aku berusaha
dengan keras, amat sangat keras untuk bertahan, walau sebenarnya aku tak mampu.
Namun aku harus, dalam hujan, aku melepasmu.
Dian Nurpaisyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar