Sabtu, 04 November 2017

"Goresan di Hatiku" Cerita Hati




 “ Goresan di Hatiku “

Kupejamkan mata dan kurasakan hembusan angin yang datang dengan pelannya, bersama suara hujan yang jatuh tanpa teratur . Ku terduduk diam berdekap pilu, meratap mimpi yang telah usang, dan mencoba merakit sebuah harapan yang terbelenggu oleh ribuan makna yang tak pernah tersurat. Mebuatku mencari sebuah rasa yang selama ini kuanggap telah hilang. Mencoba menelusuri setiap ruang hati yang ternyata telah terisi dengan sebuah perasaan yang disebut dengan rindu. Kudapati sebuah goresan nama yang belum hilang hingga saat ini, nama yang selalu aku ingin ucapkan, nama yang selama ini selalu ingin ku dengar, nama yang selama ini telah bersemayam di sudut hati yang paling dalam.
Ingin rasanya aku menyentuh dan menghapusnnya, namun sayang usahaku mungkin saja akan sia-sia. Goresan itu telah tertanam dengan sangat dalam sehingga aku sendiri pun  tak mampu untuk menghilangkannya. Otakku sering kali memaksaku untuk selalu berkata tidak tentangnya, tapi hatiku tak pernah menang untuk melawannya. Otakku yang selama ini berusaha menghilangkan sebuah rasa, telah dikalahkan oleh hati yang setiap harinya mendamba. Entah harus menyalahkan siapa, otakku yang terlalu angkuh untuk menerima perasaan itu, ataukah hatiku yang terlalu bodoh untuk melepas sendu.
Harapan tak pernah memberi sebuah kepastian, dan tak’akan pernah karena aku hanya berjuang sendirian. Mempertahankan sebuah nama dengan perasaaan yang tidak karuan, memberi secercah luka yang bertuan pada bayang-bayang kemusnahan.
Hingga kini nama itu terjebak dalam hati yang berlindung rasa tak ingin kehilangan. Memberi alasan bahagia sekaligus kesedihan. Membenci sekaligus mencintai. Bagaimana ini bisa terus berlanjut, yang harusnya telah hilang nyatanya tersimpan baik didasar hati yang paling dalam. Merindukan seseorang yang tak seharusnya dirindui, memeperjuangkan rasa yang seharusnya tidak untuk diperjuangkan.
Namamu, telah mengisi seluruh relung hati.  Memutuskan asa sang pemilik hati yang lain untuk menemani. Yang ku tau kini, hanya menunggu sebuah celah agar mampu terbang dan terbebas, tanpa harus terikat dengan perasaan yang membingungkan bagi diriku sendiri.  Karena semakin aku menggenggamnya erat-erat, semakin perih yang kurasakan.


Dian Nurpaisyah

Puisi "Mata yang Tertutup"

“Mata yang Tertutup” Wahai sang pemilik mata, tidak bisakah engkau menggunakannya? apakah dunia ini hanya untuk mu bersenang-senang...